Sejak 24 Mei kemarin, tim ekspedisi Super Blood Moon sudah mulai sibuk mempersiapkan segala hal untuk pengamatan fenomena langka ini. Gerhana Bulan Total akan kembali menghiasi langit malam Indonesia pada esok hari (26/5) setelah terakhir diamati tahun 2019.
Gerhana bulan kali ini memiliki nama yang unik, Super Blood Moon, karena merupakan gabungan dua peristiwa sekaligus: Super Moon dan Blood Moon. Yuk simak penjelasannya di bawah ini!
Apa itu peristiwa Gerhana Bulan dan bagaimana terjadinya?
Gerhana Bulan merupakan peristiwa tertutupnya permukaan Bulan oleh bayangan Bumi seperti gambar di atas. Peristiwa ini dapat terjadi ketika bulan berada pada oposisi dengan Matahari, simpelnya ketika Bulan bertolakbelakang dengan Matahari. Pada posisi ini, bulan berada pada fase purnama.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh tim Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ), Gerhana Bulan 26 Mei akan berlangsung selama 8 jam 23 menit 58 detik dengan pembagian seperti gambar di bawah ini.
Apa itu Super Moon?
Super Moon tentunya berbeda dengan superman. Super Moon terjadi ketika Bulan berada pada posisi terdekatnya dengan Bumi sehingga teramati lebih besar. Orbit Bulan mengelilingi Bumi berbentuk elips, sehingga jarak Bulan-Bumi setiap waktu akan berbeda.
Jarak terjauh Bulan-Bumi disebut apogee, sedangkan jarak terdekatnya disebut perigee. Super Moon terjadi ketika Bulan berada pada posisi perigee. Pada tanggal 26 Mei nanti, tepatnya pada pukul 08:53 WIB, Bulan akan tampak lebih besar 6,9% dibandingkan Purnama rata-rata (fourmilab.ch).
Apa itu Blood Moon?
Blood Moon adalah sebutan untuk Bulan Purnama yang terlihat berwarna merah. Warna merah ini timbul akibat peristiwa pembiasan cahaya matahari oleh atmosfer bumi. Cahaya matahari yang datang ke Bumi terdiri dari berbagai panjang gelombang.
Cahaya biru terhamburkan di atmosfer sehingga langit kita terlihat berwarna biru. Cahaya merah akan diteruskan dan mengalami pembiasan oleh atmosfer dan sampai di Bulan, sehingga kita akan melihat Bulan berwarna agak merah.
Pengamatan fenomena ini dapat dilakukan di rumah masing-masing dengan syarat tidak mendung. Pengamatan menggunakan alat bantu pengamatan akan sangat membantu untuk lebih jelas melihat peristiwa ini. Namun jangan khawatir, jika kamu terlalu mager untuk melihat ke luar rumah, Planetarium Jakarta menyiarkan secara langsung via YouTube. Kamu bisa saksikan live streaming-nya di video berikut.