Apocalypse atau hari kiamat cukup banyak menjadi tema besar film atau serial barat, salah satunya adalah film The Midnight Sky. Film ini dibuat berdasarkan novel yang ditulis oleh Lily Brooks-Dalton dengan judul Good Morning, Midnight. Nuansa fiksi sains di film ini cukup berbeda dibandingkan film bernuansa sejenis lainnya.
1. Saintis berusia tua dengan sakit parah

Salah satu film fiksi sains bertemakan astronot dan luar angkasa yang cukup terkenal adalah Interstellar. Pada film tersebut, tokoh utama adalah seorang astronot berusia relatif muda dan sehat. The Midnight Sky menceritakan tokoh utama yang adalah seorang ahli astronomi berusia 78 tahun dengan penyakit kronis yang diderita. Ada lebih dari 4 kali scene yang menunjukkan Augustine sang astronom, melakukan cuci darah.
Perbedaan usia tokoh utama ini mengajak penonton bertanya-tanya, mau dibawa kemana cerita ini? Apa penyebab Augustine masih menjalani profesinya di tengah kondisi near-apocalypse yang sedang terjadi?
2. Nuansa fiksi sains hanya pemanis drama yang terjadi

Latar tempat film ini hanya ada 2, observatorium tempat Augustine bekerja dan wahana antariksa Aether yang sedang bertugas. Wahana antariksa Aether beranggotakan 5 orang astronot yang memiliki misi untuk melakukan survey planet yang diperkirakan dapat menunjang kehidupan.
Augustine dan Aether banyak mengalami kesulitan dalam komunikasi karena bencana alam yang tidak dijelaskan apa dan bagaimana terjadinya, sehingga film ini juga tidak cocok jika dibilang sepenuhnya bergenre fiksi sains.
Bertolak belakang dari fiksi sains, justru film ini banyak mengeksplor karakter setiap pemainnya. Augustine dengan keras kepala dan workaholic-nya; serta kerjasama setiap astronot Aether dan kehidupan personalnya.
3. Karakter yang berbeda namun terkait

Pada observatorium tempat Augustine bekerja, out of nowhere muncul seorang gadis kecil bernama Iris yang bisa mendengar namun tidak bicara. Tidak diceritakan bagaimana Iris bisa berada di observatorium tersebut.
Misi Aether untuk menemukan planet mirip Bumi sudah berjalan selama 2 tahun. Augustine bukanlah astronom yang bekerja untuk misi itu. Jadi, Augustine dan Aether sebenarnya tidak memiliki relasi interpersonal.
Seiring cerita berjalan, akhirnya penonton akan mendapat jawaban tentang keterkaitan antara Augustine, Iris, dan Aether.
4. Kesimpulan

Sebenarnya alur film ini cukup membosankan. Tidak terlalu banyak dinamika emosi yang terjadi hingga setengah durasi film. Satu jam pertama, penonton diajak mengenal tiap karakter pemain. Bahkan untuk scene Augustine di observatorium, lebih banyak ditampilkan Augustine sendirian. Tidak ada dialog.
Dari 243 review di rottentomatoes, rating film ini adalah 50%. Beberapa komentar terkait dengan pace film ini yang sangat lambat, serta beberapa bagian dalam film yang kurang dieksplor.
Secara umum, jika kalian ingin menonton film yang sederhana untuk bersantai, film ini merupakan pilihan yang tepat. Film yang rilis akhir tahun 2020 ini bisa ditonton di platform Netflix. Untuk trailernya bisa ditonton di