Film Susi Susanti Love All menceritakan tentang kisah atlet Susi Susanti yang sejak kecil hatinya menggelora dengan bulu tangkis. Film ini, dikerjakan oleh sutradara Sim F dengan menggaet aktor ternama, yaitu Laura Basuki (Susi Susanti versi dewasa), Moira Tabina Zayn (Susi Susanti versi remaja), Dion Wiyoko (Alan Budikusuma), Rafael Tan (Hermawan Susanto), Chew Kin Wah (Tong Sin Fu) hingga Jenny Chang (Liang Chiu Sia).
Sinopsis singkat
Kisahnya berawal dari lomba 17 Agustus di Tasikmalaya. Awalnya, Susi Susanti diminta untuk mengikuti lomba ballet. Namun, setelah giliran Susi Susanti, ia malah lari dan menyaksikan pertandingan bulu tangkis. Tak terima kakaknya kalah, Susi Susanti malah menantang lawan main kakaknya hingga sukses mengalahkannya.
Lewat pertandingan itu, Susi akhirnya berhasil dipanggil untuk mengikuti try out PB Jaya di Jakarta. Karena ayahnya, yaitu Risad Haditono merupakan mantan atlet bulu tangkis, ia langsung semangat mendukung Susi untuk langsung berangkat ke Jakarta. Di PB Jaya Jakartalah, Susi memulai perjuangannya untuk menjadi atlet bulu tangkis terbaik di (Indonesia?)
Sejarah nyata kemenangan Susi Santi di pertandingan
Pada tahun 1985, Susi Susanti berhasil memenangkan World Championship Junior. Kemenangan itu akhirnya membawa Susi Susanti untuk melangkah ke palatihan nasional PBSI. Di sana, ia dilatih oleh Tong Sin Fu (Chew Kinwah) dan Liang Chu Sia (Jenny Chang). Di sana, ia bertemu dengan atlet dan pujaan hatinya, yaitu Alan Budikusuma (Dion Wiyoko).
Sejak dilatih oleh Tong Sin Fu dan Liang Chu Sia, Susi Susanti meraih banyak prestasi di pertandingan bulu tangkis. Pada tahun 1989, Susi Susanti meraih medali emas di Sudirman Cup Jakarta dan mengalahkan Korea Selatan, ditahun yang sama, Susi juga memenangkan medali emas di World Cup Guangzhou, di tahun 1992, Susi memenangkan medali emas di Olimpiade Barcelona, dll.
Review Film Susi Susanti
Film Susi Susanti Love All ini menampilkan perjuangan sosok legendaris Susi Susanti dalam memenangkan pertandingan bulu tangkis, cinta, dan rasa khawatir dengan identitas kewarganegaraannya. Hal yang menginspirasi dalam film ini adalah ketekunan, ambisi, semangat, ketegasan, dan rasa cinta terhadap tanah air.
Berbagai medali yang diraih Susi Susanti, tidak begitu mudah ia dapatkan, melainkan harus melakukan latihan yang ketat. Sejak kecil, rasa sakit di pergelangan tangannya sudah sering ia alami. Namun, rasa sakit itu dilalui dengan semangat dan doa yang kuat.
Konflik yang ditampilkan dalam film Susi Susanti Love All
Konflik yang ditampilkan dalam film ini tidak melulu soal perjuangan Susi Susanti menjadi atlet bulu tangkis terbaik, melainkan ada kasus lain, yaitu gejolak politik Indonesia pada tahun kepemimpinan Soeharto, di mana keturunan Tionghoa sulit untuk mendapatkan identitas kewarganegaraan.
Bikin nangis, di film ini ada banyak kutipan dialog yang sangat menghancurkan hati. Di saat kerusuhan itu, ibu Susi Susanti menuturkan kalimat “Atlet setelah turun podium, tingginya sama rata.” Artinya, meski Susi Susanti mampu berhasil meraih banyak medali emas, identitas kewarganegaraannya tidak akan mudah didapatkan.
Nah, semua kasus kerusuhan 1998 itu ditayangkan secara singkat dalam film Susi Susanti ini.
Momen paling bikin nangis adalah kerusuhan 1998 terjadi bersamaan dengan pertandingan Susi Susanti di ajang Olimpiade Barcelona dan Thomas Uber Cup di Hongkong. Bayangkan, betapa sakitnya ketika di negara lain kamu harus mengerahkan seluruh keringat untuk menaikkan bendera merah putih dan melantunkan lagu kemerdekaan Indonesia di suluruh mata dunia, namun sialnya kamu belum diakui menjadi warga Indonesia. (siapkan tisu ya, pas nonton ini).
Spoiler, akibat susahnya mendapatkan kewarganegaraan Indonesia, pelatih Susi Susanti, yaitu Tong Sin Fu akhirnya pindah bersama seluruh keluarganya ke Cina. Hingga akhirnya, di Cina ia berhasil melahirkan juara dunia, yaitu Lin Dan. (Ini fakta, kamu bisa baca sejarahnya dulu ya).
Tak hanya itu, konflik Susy Susanti berpacaran dengan atlet Alan Budikusuma juga sempat ditampilkan dalam film ini. Susi dan Alan menjadi pasangan suami istri di dunia nyata lho. (Penasaran, kisahnya gimana? Nonton saja ya!).
Sinematografi
Sebagus apaun ceritanya, tidak akan menarik jika sinematografinya tidak memanjakan mata. Nah di film Susi Susanti ini, sinematografi dan tone warna sangat sesuai dan keren. Sesuai dengan peristiwa, sutradara Sim F berhasil menampilkan gambaran dan suasana tahun 80an dan 90an. Bukan hanya itu, dari fashion pemeran, ruko, toko, dan kendaraan ditampilkan secara vintange.
Selain itu, dalam sinematografi yang ditampilkan dalam film ini akan membawamu bernostalgia dan turut merasakan masa kejayaan atlet bulu tangkis Indonesia menang dan ditakuti di suluruh negara.
Nah, film Susi Susanti Love All ini sangat wajib untuk kamu tonton, apalagi kamu yang penasaran dengan sejarah singkat bulu tangkis Indonesia.
Ps: Penulis sudah menyaksikan film Susi Susanti Love All ini, dua kali. Pertama, di bioskop dan kedua streaming di aplikasi legal. Kedua kali menonton fim Susi Susanti Love All ini, saya menyoroti kemenangan Susi Susanti melawan Korea Selatan. (Bentar, ini bukan mengajak gelut ya). Tapi, ini karena strategi Susi sangat keren dan itu benar terjadi di dunia nyata.
Jadi hal yang disoroti adalah ketika Susi Susanti berhasil menang di Sudirman Cup. Susi Susanti sempat membuat seluruh warga Indonesia frustasi karena gagal menyeimbangi poin, sedangkan Korea Selatan hampir berhasil menang. (Poinnya sangat jauh, lho). Semua media di seluruh negara, sudah menyoroti bahwa Korea Selatan menang, dan Indonesia kalah telak.
Ajaibnya, bisa kembali menyaingi Korea Selatan dengan poin sama (deuce). Di titik itu, ambis Susi Susanti semakin bringas dan berhasil membuat pelatih bulu tangkis Korea Selatan menampar pipi atletnya. (Gila, ini nyata lho guys).
Tapi, hingga tahu 2019 belum ada yang berhasil mengikuti jejak Susi Susanti dalam memenangkan Piala Sudirman Cup. Duh, sayang banget ya, guys.